Kisah Kancil : Gong Nabi Sulaiman
Gong Nabi Sulaiman
Di tengah hutan, terdapat
sebuah pohon rindang. Daunnya terlihat subur, cabang-cabang dan rantingnya
sangat banyak. Di pohon itu ada banyak sekali tawon hutan yang bergerombol
membuat rumah. Dari hari ke hari semakin bertambah banyak jumlah tawonnya,
sehingga ketika tawon-tawon itu bergerombol di sekitar sarangnya terlihat
seperti sebuah benda hitam yang sedang tergantung di ranting pohon.
Ketika terik matahari yang
begitu panas menyengat, si Kancil berlari-lari kecil menuju pohon rindang itu.
Rupanya ia ingin berteduh sambil melepaskan lelah. Sambil duduk termenung
bersandaran di akar pohon, si Kancil menatap suasana disekitarnya. Ia merasakan
sejuknya berada di bawah pohon tersebut.
Saat mendongak ke atas,
tiba-tiba matanya yang tajam melihat ada benda yang tergantung di ranting
pohon, tepat di atas kepalanya. Cukup lama ia diam sambil terus mengawasi benda
hitam tersebut, hingga akhirnya ketika ada beberapa tawon yang berterbangan dan
hinggap pada benda itu, aa baru mengetahui bahwa benda yang tergantung itu
tidak lain adalah tawon yang sedang bergerombol.
Yakin benda itu adalah
sarang tawon yang cukup besar. Di dalam hatinya ia ingin sekali menikmati madu
yang ada di dalamnya. "Tapi bagaimana cara mendapatkan madunya? Bila
diambil begitu saja, pasti tawon-tawon itu akan menyengatku."
Cukup lama ia berpikir untuk
menemukan cara yang dianggapnya paling tepat untuk mengambil madu. Pada saat
yang sama, tiba-tiba datang seekor serigala. Air liur Serigala keluar dari
sela-sela giginya yang tajam begitu melihat tubuh si Kancil yang kecil dan
mulus.
"Hem, pastilah dagingmu
sangat lezat untuk makan siangku, Kancil." Gumam Serigala.
Tubuh kancil terlihat
gemetar ketakutan, namun hewan cerdik ini menyembunyikan rasa takutnya.
"Oh, kamu Serigala!" sahut si Kancil.
"Agaknya kamu kelaparan siang ini."
"Kamu benar Cil! Dan relakan dirimu untuk aku
makan."
"Berarti kau akan membunuhku?"
"Itu sudah jelas."
"Tapi tunggu dulu ..... kamu harus mendengarkan
kata-kataku dulu!"
"Apalagi Cil. Aku ini
sudah sangat lapar, dari pagi belum makan sama sekali."
"Aku disini sedang
menjalankan sebuah tugas!" kata Kancil setelah sekian detik menemukan
gagasan untuk menyelamatkan dirinya.
"Tugas apa itu, Cil?" tanya Serigala dengan
penasarannya.
"Ini...., aku disuruh oleh Nabi Sulaiman untuk
menjaga gongnya."
"Apa...?" tukas
Serigala. "Kamu disuruh menjaga gongnya Nabi Sulaiman! Dimana gong
itu?"
"Itu...!" jawab si
Kancil sambil menunjuk benda yang tergantung di ranting pohon. "Gongnya
itu milik Nabi Sulaiman. Sedangkan beliau sekarang sedang pergi."
"Apakah kamu sudah
pernah mendengar bunyi gong itu, Cil?" tanya Serigala.
"Oh...., tentu kawan!" jawab Kancil.
"Bunyinya sangat merdu sekali."
“Coba kamu pukul Cul, masak
kamu tidak mau!” desak Serigala.
“Tidak ...., saya tidak
mau!” jawab Kancil menolak.
“Kalau begitu biarkan aku
sendiri yang memukulnya.” pinta Serigala.
“Kamu juga tidak boleh
tanpa ijin dari Nabi Sulaiman.”
“Lho? kamu jangan
macam-macam Cil. Kalau kamu tak membiarakanku memukul gong itu maka sekarang
juga kau kuterkam!”
“Jangan dong!”
“Jadi biarkan aku
memukulnya.”
“Wah gawat!”
“Gawat gimana? Apa
maksudmu?”
Kancil berkata lirih,
“Sebenarnya gong ini bukan hanya bersuara merdu, tapi siapa yang memukulnya dan
mendengar suaranya akan ditakuti oleh semua binatang lain. Artinya ia akan
menjadi raja di hutan ini.”
Mendengar keterangan itu,
Serigala semakin penasaran. Ia mendengus dan siap menerkam Kancil.
Kancil ketakutan agaknya
Serigala tidak main-main. “Baiklah kalau kamu tetap memaksa kawan! Tapi tunggu
dulu! Karena aku tidak ingin kena hukum Nabi Sulaiman, maka aku harus pergi
dulu. Baru setelah aku pergi jauh kamu boleh memukul gong itu.”
“Aku setuju Cil!” jawab
Serigala. “Kalau begitu cepatlah kamu meninggalkan tempat ini!”
“Selamat tinggal kawan!
Semoga kamu bisa menikmati merdunya suara gong itu.” kata si Kancil.
Si Kancil pun kemudian
bergegas pergi meninggalkan tempat itu. Namun, tanpa sepengetahuan Serigala, ia
hanya bersembunyi di balik semak-semak. Ia menunggu apa yang akan dilakukan
oleh Serigala.
Setelah mengira si Kancil
pergi cukup jauh, Serigala pun kemudian mengambil ranting kayu kering yang
tergeletak di atas tanah, tidak jauh dari tempatnya berdiri. Ia segera
mendekati benda hitam itu tanpa mengamati terlebih dahulu dan langsung
memukulnya. “ Buk...! Buk...!”. Dua kali Serigala memukulnya dengan keras. Saat
itulah gong yang tidak lain adalah tawon yang bergerombol itu langsung
mendengung marah.
Serigala terkejut bukan
main. Dia baru menyadari bahwa yang dipukulnya itu bukan gong, tetapi rumah
tawon. Tawon-tawon itu dengan ganasnya menyerbu Serigala.
“Kancil keparat kau
menipuku!” teriak Serigala kesakitan karena disengat puluhan ekor tawon.
Ia langsung lari
meninggalkan tempat itu. Ia tidak ingin disengat lagi oleh lebih banyak tawon-tawon
hutan yang ganas tersebut.
Si Kancil yang bersembunyi
di balik semak-semak hanya tertawa kecil melihat apa yang dialami oleh
Serigala. Dia sangat senang karena keinginannya untuk mendapatkan madu tawon
sebentar lagi terwujudkan. Sebab setelah rumah tawon tersebut dipukul oleh
Serigala, banyak sekali madu yang berceceran di atas tanah. Sesaat setelah
tawon-tawon itu tenang kembali, si Kancil mulai mendekati tempat itu dan
menyantap madu yang sangat lezat.
Sedang asyik-asyiknya
menyantap madu, tanpa disadari oleh si kancil, ada seekor tawon yang hinggap di
atas hidungnya dan menyengatnya. “Aduh...!” teriak Kancil sambil
melompat-lompat kesakitan.
Si Kancil merasakan kesakitan yang luar biasa. Sambil
menahan sakit, ia pun bergegas pergi meninggalkan tempat itu.
*****
Posting Komentar untuk "Kisah Kancil : Gong Nabi Sulaiman"